Friendship Is Everything

by Fifi SHN
0 comment

Sebelumnya saya pernah bercerita tentang pengalamanku hidup bersama tumor. Iya benar, saya pernah mengalami penyakit tumor itu selama dua kali.

Saya sempat sedih berkepanjangan karena tidak menyangka kalau Allah SWT sedang menguji kesabaran saya. Semoga saja karena ujian yang diberikan oleh Allah SWT ke saya bisa menggugurkan segala dosa saya selama ini. Amin.
Setelah lama sembuh dari penyakit tumor itu, tidak disangka-sangka saya diberikan sakit lagi oleh Allah SWT. 
Awal mulanya, sepulang kuliah saya tiba-tiba merasakan lemas, kepala pusing, dan ingin pingsan. Allah SWT baik banget sama saya. Saya dipertemukan dengan teman-teman yang sangat baik. Salah satu teman saya yaitu berinisial R, kebetulan dia ingin mampir ke kos saya karena dia mau beristirahat. Saya merasa lega karena ada orang yang bisa menemani saya di kos.
Sekitar jam 5 sore, teman saya yang bernama R ingin pamit pulang ke rumahnya. Setelah dia pergi dari kos saya, tiba-tiba saya terjatuh dan tak sadarkan diri.
Saat saya sudah sadar, saya merasa demam dan saya tidak sanggup untuk duduk apalagi berdiri. Saya tidak tahu mau minta tolong sama siapa karena saya lemas tak berdaya di kasur.
 
Tetangga kos saya sedang tidak ada di kos. Ingin berteriak dan memanggil seseorang tetapi saya tidak sanggup. Menatap layar handphone saja saya tidak sanggup karena penglihatan saya pun mulai kabur.
Saat jam 9 malam, saya baru sadar dan bisa menghubungi teman-teman satu kelas saya angkatan 2013 dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Mau menelpon teman saya juga tidak ada pulsa, yang ada hanya kuota internet saja. Akhirnya saya menghubungi teman-teman lewat sosial media yaitu grup di BBM.
Saya : “Teman-teman, ada yang bisa anter aku ke rumah sakit gak? Aku lemes banget nih, gak kuat bergerak, demam aku tinggi banget.”
M : “Aku bisa antar kamu besok pagi Fi karena rumahku jauh di dekat pasar senggol dan aku tidak diizinkan keluar malam. Aku minta maaf yah Fi” 
Al : “Weh antar dulu itu ke Rumah sakit tawwa”
RA : “Aku otw ke kos kamu yah Fi. Kamu siap-siap sekarang”
(Mohon maaf jika ada kesalahan dari dialog diatas karena saya sudah agak lupa hehehehe. Maaf yah teman-temanku PLS 2013 )
RA pun menjemput saya di kos. Kami pun bergegas ke Rumah Sakit yang terdekat dari kos saya. Sesampainya di Rumah Sakit, saya ditolak oleh para perawat yang menjaga malam disana.
RA : “Bu teman saya lagi sakit parah sekarang, bisa tolong diperiksa sekarang?”
Para perawat menjawab dengan kasar dan marah-marah…
Perawat: “Kamu tau gak sekarang tuh sudah jam berapa. Telat banget sih datangnya. Besok pagi baru datang lagi kesini”
Teman saya pun menjawabnya dengan nada marah juga. Siapa juga yang tidak emosi.
RA : “Tapi bu teman saya sakit parah. Kalau ibu tidak mau periksa teman saya nanti saya…….”
Saya pun langsung menghentikan teman saya. Dengan pasrah saya berkata…
Saya : “Yaudah RA gak usah dipaksa yah kalau mereka gak bisa periksa aku. Kamu bawa aku kembali aja ke kos. Aku istirahat aja disana. Kamu beliin aku obat warung aja. Aku juga gak enak sama kamu karena aku udah ngerepotin kamu”
RA : “Gak bisa begitu Fi, masalahnya mata kamu merah, panas kamu tinggi dan kamu lemas banget. Kamu gak bisa sembarangan minum obat. Kamu harus periksa ke dokter. Sekarang kita cari rumah sakit yang lain aja, yang mau nerima kamu.”
RA pun langsung menarik tangan saya dan membawa saya pergi ke Rumah Sakit yang lain. Tengah malam kami berdua mengelilingi kota Makassar.
Akhirnya kita berdua pun sampai di Rumah Sakit yang baru saja dibangun. Lokasinya agak jauh dari kos saya. 

Saat masuk kesana, ada seorang nenek tua yang menjaga malam Rumah Sakit tersebut. Sepertinya dia perawat disana. Dengan nada sinisnya, dia berkata “Tau gak sekarang jam berapa? Besok pagi dateng kesini, sudah tengah malam ini”.
Temanku RA menjadi tambah kesal dan ingin marah-marah ke nenek tersebut. RA pun langsung men-chat teman-teman saya satu kelas angkatan 2013 dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah di grup BBM.
RA : “Cika, Fifi ditolak untuk kedua kalinya di Rumah sakit dekat kampus. Tolong sai kodong, kasihan mi Fifi kalau tidak diperiksa dan ditangani. Bisa mati anakna orang”. ( logat Makassar )
Satu persatu teman-teman saya membalas chatnya RA dengan nada kesal.
 
Tidak disangka-sangka, teman-teman saya rombongan satu angkatan 2013 dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah datang semua menjenguk saya. Saya senang sekali. Rasa sakit yang saya alami mulai terobati karena kedatangan mereka semua. Teman saya datang dengan nada marah-marah, kalau bahasa makassarnya “rewah”.
Salah satu teman saya si RI berkata: “Kodong. Kenapa ko Fi? Sakit apa ko? Tidak diterima di Rumah Sakit mana ko? Mereka tidak tau kah siapa kita? Mahasiswa kau weh ini heh. Lihat saja nanti, saya demo sama teman-teman. Kalau perlu ambruk kan Rumah Sakit yang menolak kau” ( dengan nada suara yang lantang dan emosi yang membara hahahaha )
RA : “Hahahaha. Fi, anak-anak lucu banget. Main drama pake peran antagonis udah kayak di sinetron-sinetron. Mereka kayak gitu biar kamu gak ditolak di rumah sakit ini kali yah hahahaha”
Saya pun tertawa di dalam hati.
Akhirnya ada seorang dokter yang baik hati langsung menghampiri saya dan berkata….
 
Dokter: ”Sini biar saya periksa kamu. Kasihan dia kayaknya sakit parah”.
Alhamdulillah, terima kasih banyak Ya Allah. Tapi, kira-kira dokter itu memang dari hati nuraninya mau to tolong saya atau takut sama teman-teman saya yang “rewah”? Hahahaha kurang tau juga deh..
Saya: “Terima kasih dokter, saya tersiksa banget nih sama kondisi badan saya yang sekarang.”
RA: “Iya dokter kasihan banget teman saya, mana lagi teman saya ini orangtuanya ada di Bekasi. Dia jauh dari orangtuanya.”
Dokter: “Iya dek kamu tenang aja yah biar saya yang tangani teman kamu ini. Oh yah siapa nama kamu dek?”
Saya: “Fifi dok.”
Dokter: “Haduh kamu belum makan selama seharian ini yah? Kamu lemas sekali dan demam mu tinggi. Saya infus kamu yah.”
Saya: “Iya dok”
Rumah sakit pun menjadi ramai semenjak teman-teman satu kelas saya yang menjenguk saya dengan membawakan saya peralatan (selimut, bantal, pakaian, alat mandi, dll), membelikan saya makanan dan minuman, menghibur saya dan akhirnya tertawa bersama. 
By the way, saat saya lagi diinfus, saya memperhatikan tingkah laku teman-teman saya.
Teman saya berinisial AL, lagi dikerubungin (lalat ijo kali) sama cewek-cewek perawat yang pengen banget foto bareng sama dia. Ya elah, artis juga bukan lu tapi emang teman saya yang berinisial AL ini memang mempunyai wajah yang tamvan ruvawan. Hmmmmm
Teman saya berinisial H malah kebalikannya, dia sibuk ngegodain cewek-cewek perawat disitu. Modus beudddddddd

 

Teman saya berinisial R yang tadi mengantar saya ke rumah sakit, dia sibuk mengambil gambar saya mulai dari saya diperiksa dokter, saat saya terbaring di tempat tidur rumah sakit sampai pas saya diinfus, bisa dibilang dari atas kepala sampai kaki, mungkin dia juga sempat selfie sama saya, entahlah. Ini anak emang gak mau ketinggalan moment. Bisa jadi gambar saya dia share ke sosmed. 
Tapi yaaaa boleh lah siapa tau  saya bisa ngehits dan mendapatkan rating tertinggi jadi bisa mengalahkan Syahrono. Hmmm bisa jadi
Teman saya berinisial RI, dia malah ketakukan melihat saya yang sedang diinfus.
RI : “Fi, mallak (takut) ku saya sama jarum suntik. Hihhhh” (ekspresi mukanya ketakutan sambil menutupi wajahnya)
Saya : “ Ya Allah, lompona poeng kalle nampa bura’ne jeko na mallak ko sama jarum suntik.” (Badan kamu kan gede terus kamu kan laki-laki masa takut sama jarum suntik)
Akhirnya dia sendiri pun tertawa terbahak-bahak. Mungkin dia kehilangan kesadarannya. Entahlah
Dan satu lagi, teman saya berinisial AM. Dia yang menghabiskan semua makanan saya. Maklum lah dia badannya gede gitu. Yaudah gapapa dari pada makanannya dinganggurin. Tapi eh sumpah, ini 
kingkong dateng dari mana hahahaha.
Waktu jam besuk pun sudah habis, kayaknya hampir sampai pagi saya bersama teman-teman semua di rumah sakit hehehehe. 
Akhirnya teman-teman saya pun satu-persatu pulang ke rumahnya. Ada teman laki-laki saya yang menjaga saya sebentar dari luar rumah sakit sebelum pulang terlebih dahulu, kebetulan tempat tidur saya berpas-pasan dengan pintu keluar rumah sakit. Teman saya yang perempuan menjaga saya di dalam rumah sakit dan mereka saling bergiliran lho, kalau hari ini 2 orang perempuan yang menjaga saya, keesokan harinya teman saya yang lain yang perempuan yang menjaga saya, sampai seterusnya.
Sebelum pulang, mereka sempat-sempatnya mengambil gambar selfie.
Beberapa hari kemudian saya dijemput oleh tante saya dan saya pun dibawa pulang ke rumahnya. Oh yah, hasil pemeriksaan dokter ternyata saya terkena penyakit typus. Saya sih masih harus dirawat di rumah sakit tapi tante saya tidak membiarkan saya karena tante saya bilang nanti juga saya bisa sembuh sendiri kalau dirawat di rumah ya dalam kurung biar gak banyak ngeluarin duit kali hahahaha.
Oke, cukup sekian cerita saya kali ini. Terima kasih yah sudah membaca tulisan saya 🙂
Pesan dari saya, kalian jangan pernah merasa sendiri yah karena kalian mempunyai Tuhan, kalian juga mempunyai teman yang selalu ada disamping kalian, teman yang bisa berbagi kegembiraan maupun kesedihan, selalu ada untuk peduli dan membantu teman yang membutuhkan. Dalam hidup ini, setiap orang pasti saling membutuhkan.
Jadi, jagalah hubungan pertemanan kalian sebaik mungkin. Jaga mereka yang selalu berusaha untuk membantumu karena mereka lah setulus-tulusnya teman.  
“Good friends are like stars. You don’t always see them, but you know they’re always there”.

You may also like

Leave a Comment