Stop Tanya “Kapan”

by Fifi SHN
5 comments


Setiap orang terkhusus kamu sendiri pasti pernah mendapatkan pertanyaan tentang “kapan?”, entah itu pertanyaan tentang “kapan lulus sekolah/kuliah?”, “kapan nikah?”, “kapan kerja?”, “kapan punya rumah sendiri”, dan masih banyak pertanyaan yang lain tentang “kapan?”. Kenapa gak sekalian aja tanya “kapan mati?”, kalau itu sih saya bisa langsung menjawab dengan “bunuh adek aja sekarang mas -_-“. Pertanyaan menyebalkan bukan?
Saat diberi pertanyaan tersebut, bagaimana perasaan kalian? Pasti ada yang merasa kebingungan mau menjawab apa, mungkin ada yang tersinggung sampai ada yang marah tingkat dewa. Mau membalas dengan jawaban sinis? ya jangan lah, kita harus memberikan jawaban cerdas yang bisa membuat orang yang bertanya sama kita langsung diam dan gak bisa berkutik.
Kebetulan, saya adalah seorang mahasiswi yang sudah masuk fase kuliah tingkat akhir. 
Saya selalu merasakan nyesek di dada karena ketika teman sudah lempar toga, saya malah dilempar pertanyaan “kapan wisuda?”. Wowwww, pertanyaan horor. Pertanyaan itu selalu mengiang-ngiang di telinga saya dan selalu dilontarkan ke saya tiap harinya. Rasanya itu bagaikan kita lap muka dengan handuk yang ada banyak semutnya. Perih sekali.
Tapi pertanyaan itu tidak bisa kita hindari guys. Kita harus menghadapinya dan menjawab dengan santai kayak di pantai gitu lho.
Kejadian pertama, yaitu dialami oleh saya sendiri. Pertanyaan yang dilontarkan ke saya dari keluarga saya sendiri.
A            : “Kapan proposal Fi? Itu si **** lagi menggarap proposal. Dia juga sering
       belanja mata kuliah. Sebentar lagi sudah mau selesai lho”
Ketika lagi berkumpul dengan keluarga besar, lagi tertawa bersama, seketika suasana menjadi hening saat mereka mulai bertanya “Kapan Seminar Proposal?”. Gak habis pikir deh saya. Tapi Alhamdulillah, saya menjawabnya dengan sabar dan mencoba untuk tegar….
Saya       : “Alhamdulillah sudah rampung semua kok, sudah di acc dan ditanda
                  tangani tinggal seminar proposal aja. Sementara tanggalnya lagi ditentukan
                  sama dosen saya. Saya sudah tanya langsung ke ****, katanya belum bikin
                  proposal sama sekali karena masih nyari masalah dan gak tau judulnya
                  apa.”
A            : “……………………..”
Kayaknya ini orang niatannya mau pamer dan membanding-bandingkan kan saya dengan anaknya. Helloooooo, saya sudah terlebih dahulu menyelesaikan proposal dari pada anak Anda. Sungguh terlalu yah guys.
Lanjut lagi dengan kejadian kedua, ada seorang tetangga saya yang bertanya kepada Ibu saya……
A            : “Bu, kapan anaknya wisuda?  Kalau angkatan 2013 itu sudah harus selesai 
                   semua. Ya minimal 2 atau 3 tahun sudah selesai lah.”
Ibu Saya : “Semua orang bisa lulus tepat waktu, ada juga yang tidak dan kemampuan
                  orang juga berbeda-berbeda. Kebetulan anak saya tidak terlalu pintar-
                  pintar amat. Saya tidak berharap anak saya bisa mendapatkan cumlaude 
                  atau apalah, yang penting bisa selesai dengan waktu yang telah
                  ditentukan. Kesuksesan seseorang tidak bisa dilihat dari cepat wisudanya
                  atau tidak bu. Ada yang cepat wisuda susah dapat kerja dan lama wisuda
                  malah cepat dapat kerja. Itu semua tergantung nasib bu dan Allah SWT
                  sudah menentukan nasib masing-masing orang”.
A            : “…………………………..”
Sabar yah say, ini ujian.

Terkadang, orang lain hanya asal berbicara saja tanpa berpikir terlebih dahulu. Lihat saja, omongannya akan kembali ke dirinya sendiri ibarat menjilat ludah sendiri.

Untuk teman-teman semuanya yang pertanyaannya mirip seperti saya, ayo tunjukkan senyum manis kalian dan jawablah pertanyaan dengan cerdas. Katakan saja bahwa kuliah itu bukan ajang pelombaan cepet-cepetan lulus atau wisuda. 
Mahasiswa tingkat akhir itu harus melewati awal pendakian seperti seminar proposal, seminar hasil penelitian, dan puncaknya adalah ujian skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana, belum lagi revisi, gak langsung cepat-cepat wisuda. Semuanya itu gak gampang, gak seperti membalikkan telapak tangan.   
 
Hidup ini butuh perjuangan, semua dimulai dari sebuah proses dan usaha. Hidup ini bukan seperti produk yang hanya langsung disiram air panas langsung jadi tinggal dimakan. Hidup gak seinstan itu.

Selow man, nikmati aja prosesnya. 

Kalau kata orang Makassar “santai lalo mko, dunia ji” ☺

You may also like

5 comments

Riska Bahtiar 5 September 2017 - 06:27

Betul bnget fi.. Ijin share yah

Reply
Fifi SHN 5 September 2017 - 06:38

Hidup mahasiswa tingkat akhir hahahaha.
Oke sayang

Reply
Nur TERBIT 5 September 2017 - 11:52

Keren…..dari gaya bertutur, lumayanlah, kalimatnya mengalir. Saya hanya menemukan 2 kekurangan dari tulisan ini:

1. Kata "jangan lah" yang penulisan dipisah, padahal harus digabung, di alinea pertama tulisan Fifi. Dan, kesalahan ini cuma satu dari seluruh tulisan dilihat dari sisi penulisan/pengetikan.

2. Alinea terakhir, kalimat "santai lalo mako, duniaji" dalam bahasa Makassar. Ini lebih bagus lagi jika diterjemahkan agar orang di luar Makassar bisa mengerti. Gak apa2 saya bantu terjemahkan, "santai saja, ini cuma dunia".

Salam

Reply
Fifi SHN 19 September 2017 - 13:13

Iya pah terima kasih atas masukannya ????

Reply
Unknown 21 September 2018 - 18:04

Untuk menjadi penulis blog yang baik,tentu harus banyak latihan. Selain itu perlu bergabung dengan komunitas blogger untuk share pengalaman, juga perlu uji kemampuan dengan ikut lomba blog.

Reply

Leave a Comment