Haji Muchlis Patahna, SH, MKn, sebenarnya kesibukannya sehari-sehari sudah cukup padat sebagai notaris yang cukup mapan di Jakarta.
Kesibukannya bertambah setelah terpilih sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) masa Bakti 2019 – 2024.
Maka jadilah Muchlis Patahna satu sosok profil manusia yang lengkap dan unik. Seorang notaris, juga pemersatu suku asal Sulsel di perantauan dalam dan luar negeri, sekaligus pimpinan pondok pesantren (ponpes).
Berikut ini bincang-bincang dengan Muchlis Patahna sebagai founder Pondok Pesantren Modern Darul Mukhlisin, Bandung, Jabar, di sela-sela kesibukannya sebagai notaris dan pimpinan satu ormas paguyuban kedaerahan ini.
Apa awalnya hingga terinspirasi bangun pesantren?
Kalau bikin pesantren memang obsesi saya sejak kecil. Saya mau masuk pesantren tapi tidak bisa. Lalu saya berniat dalam hati, saya akan bangun pesantren pada saatnya (kini sudah berhasil mendirikan Pondok Pesantren Modern Darul Mukhlisin, di Bandung Barat, Jawa Barat).
Kenapa tertarik dengan Pesantren Gontor dan memilihnya sebagai kiblat acuan?
Di Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur itulah yang paling saya suka. Dia punya karakter, punya bahasa, bergaul sangat elegant. Sangat moderenlah. Terbukti, anak akan mandiri kalau tamat dari situ. Jadi apa yang ada di Gontor, benar-benar saya copy paste hehe..
Bagaimana membuktikan bahwa Pesantren Gontor sangat modern?
Kebetulan empat anak saya, masuk Pesantren Gontor semua. Awalnya mereka ogah juga masuk Gontor, merasa dibuang kan? Tapi saya yakinkan. Kalau masuk pesantren, nanti mau kuliah di mana pun, silahkan milih. Istri saya Diana Muchlis Patahna juga support penuh putra-putri kami masuk Gontor.
Hasilnya kemudian bagaimana?
Ya, akhirnya terbukti. Anak pertama saya memilih kuliah di Rusia. Jadi dia mandiri. Anak kedua kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar. Sekarang melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil S2 program notariat. Katanya mau mengikuti jejak ayahnya yang notaris hehe..…Anak ketiga kuliah di International Islamic University Islamabad, sudah semester V. Anak ketiga ini yang mungkin bisa melanjutkan mengelola pondok pesantren. Anak keempat, lagi kuliah di Perth.
Pengalaman pribadi dan pengalaman anak mendorong berdirinya pesantren?
Jadi saya melihat anak saya semua mandiri setelah lulus dari Pesantren Gontor.
Makanya saya memutuskan sejak empat tahun lalu mendirikan pondok dari tanah yang saya beli dari seorang teman. Sejak tahun 2015 sudah menerima santri. Dua tahun lagi (2022) sudah ada tammatannya. Awalnya hanya bikin TPA (Taman Pendidikan Alquran). Menempatkan dua ustad (guru). Sampai saat ini sudah ada 16 orang alumni Gontor mengajar di Pesantren Darul Mukhlisin ini. Mereka rata-rata sarjana S1.
Bagaimana kondisi terakhir pesantren tersebut ?
Alhamdulillah sudah berjalan. Setahun setelah berdiri (2016) memang sudah mulai ramai, kami kemudian bangun dua asrama putra dan putri. Akhirnya diformalkan menjadi pondok pesantren. Wah membludak muridnya. Yang diterima murid Tsanawiyah dan Aliyah, setingkat SMP-SMA, layaknya KMI di Pesantren Gontor yang ijazahnya sudah diakui di universitas.
(Pondok Pesantren Modern Darul Mukhlisin, di Bandung Barat, Jawa Barat ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektar. Sarana asrama 4 blok, guest house 1 blok, kantin, koprasi, klinik, rumah makan, ruang kelas belajar 3 tingkat. Sekarang lagi dibangun rumah guru/ustrad dan balai penerimaan tamu).
Bagaimana bentuk komunikasi dengan pimpinan Gontor selama ini?
Awalnya saya komunikasi dengan Pak Syukri. Tapi belakangan beliau sakit jadi ke Pak Hasan Sahal. Hampir semua pimpinan pondok saya kenal. Kebetulan anak saya yang ketiga ini waktu di Gontor, rada-rada bandel. Kabur dari pondok. Kalau di Gontor ada santri yang kabur, maka dikeluarin. Kecuali mau pindah ke Gontor cabang lain. Anak saya dari Gontor 2 ke Kediri, kabur jadi harus pindah ke Banyuwangi, kabur lagi lalu pindah ke Kendari (Sultra). Di Kendari kelas 6 mau tamat, pindah lagi ke Ponorogo Gontor 1. Jadi ada 5 Gontor baru kelar sekolahnya.
Kenapa disebut Darul Mukhlisin?
Itu dikasih oleh KH Syarifuddin Arif. Darul Mukhlisin itu artinya tempatnya orang-orang yang ikhlas. Kalau mirip dengan nama saya Muchlis Patahna, itu kebetulan saja. Terbukti, dari dua santri yang dikeluarin karena belum full ikhlasnya. Karena keikhlasan itu rupanya berproses juga. Kenapa Alquran itu dikasih surah Al Ikhlas, padahal tidak ada kata-kata ikhlas di situ. Malah ada di Albayyina (lalu dia pun mengaji).
Apa target mendirikan lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren ini?
Cita-citanya ya mencari ridho Allah, investasi di bidang pendidikan. Sumber daya manusia, berdakwah. Itu saja. Bagaimana menciptakan kader. Karena saya melihat di Gontor itu, bukan sekedar tahu agama. Tapi dia berbuat. Alumni Gontor menjadi leader di lingkungannya. Apa pun dia. Membuat pesantren lagi.
Terkait dengan faham yang menyusup ke pesantren apa komentarnya?
Kita dari awal kan pesantren modern. Jadi faham-faham itu kita sudah tangkal. Kita punya faham sendiri, modern, rahmatan lil alaamin.
Cara menangkalnya?
Ya sistem pendidikan. Seperti di Gontor itu, tidak dimasuki partai politik. Kalau ada kepentingan-kepentingan tertentu pasti ditolak. Pernah saya mau bawa Wakapolri waktu itu (Syafrudin), beliau mau berkunjung untuk bertemu para santri, dan saya yang mengatur. Tapi tidak berhasil. Santri lagi ujian. Apa pun yang saya bawa, termasuk duit banyak, gak bisa. Kalau mau ketemu, ya ustadnya, tapi santri gak boleh karena lagi ujian. Kami ditolak. Di Gontor itu, tidak mau memungut duit melebihi dari kebetuhan santri. Seperti makan dan ekstra. Untuk gaji guru (ustad) gak boleh. Karena kapan memungut uang dari santri, dikhawatirkan mengurangi sikap disiplin anak santri kepada ustadnya karena merasa yang gaji adalah orang tua mereka.
Nah, sumber dananya dari mana?
Itulah prinsip Gontor, yakni kemandirian. Sumber dananya harus dari usaha lain. Ada kebun dan lain-lain. Bukan dari santri. Di situlah rohnya, di situlah rahasia Gontor sehingga tidak pernah luntur dari perjuangannya. Filosofi itu yang saya tangkap dan terapkan di Pesantren Darul Mukhlisin.
Alhamdulillah, sejak 4 tahun berdirinya, saya tidak pernah kekurangan dana. Mau bangun gedung, ada dananya dari sumber lain. Saya merasakan betul itu.
“Warga perantau asal Sulsel se Nusantara dan perwakilan luar negeri, berharap banyak di pundak beliau untuk peradaban Sulawesi Selatan,” puji Sekertaris Badan Pengurus Daerah (BPD) KKSS Kota Bekasi, BM Mardan SE yang akrab dipanggil La Chaly ini.
Seperti sudah diramalkan sebelumnya, H Muchlis Patahna, SH, MKn Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) 2014-2019 dan pernah Sekjen KKSS dua periode, akhirnya terpilih jadi Ketua Umum BPP KKSS masa Bakti 2019 – 2024.
Ketua Makassar Golf Club Jakarta (MGCJ) ini resmi terpilih untuk memimpin organisasi paguyuban warga Sulsel ini, pada puncak acara Musyawarah Besar (Mubes) KKSS ke-XI 2019, di Hotel Lor In, Surakarta, Solo, Minggu dini hari (17/11/19). Mubes yang berlangsung 16-17 November 2019, ini dibuka Jusuf Kalla sebagai pembina.
#lombamenulistokoh
#lombatokohpopuler
Fifi SHN
Tulisan “Muchlis Patahna, Notaris, Bangun Pesantren Terinspirasi dari Gontor” ini diikutkan Lomba Menulis Tokoh di Website TokohTerpopuler.com.
Dan inilah Pengumuman Pemenangnya.
Alhamdulillah, tulisan saya ini mendapat juara pertama.