Raden Adjeng Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia (Dok. Foto: Wikipedia)

Sudah Saatnya Berdaya Sebagai Perempuan di Era Digital

by Fifi SHN
0 comment

BERBICARA tentang perempuan itu sangat menarik untuk dibahas. Ya karena perempuan itu adalah sosok istimewa dan unik.

Perempuan juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia. Ia pantas dicintai dan dihormati layaknya seperti laki-laki.

Dalam agama Islam pun, bukti kemuliaan perempuan sering tertulis dalam Al-Qur’an pada surah An-Nisa.

Lebih dari itu, masih ada yang perlu dibahas tentang perempuan di era digital saat ini. Yakni mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi dan bagaimana berperan dan berdayaguna sebagai perempuan digital. Baik sebagai perempuan yang masih muda atau pun perempuan yang sudah menikah sebagai istri atau ibu.

Pembahasan saya tentang perempuan kali ini, sekaligus dimaksudkan memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April.

 

Raden Adjeng Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia (Dok. Foto: Wikipedia)Raden Adjeng Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia (Dok. Foto: Wikipedia)

 

Tantangan yang dihadapi perempuan dalam melaksanakan perannya di era digital ini, adalah perempuan oleh sebagian masyarakat masih dipandang sebagai kaum lemah.

Selain itu, masih minimnya kesempatan perempuan dalam ikut serta berpartisipasi dalam upaya mengembangkan karier, baik pelatihan maupun kepastian jenjang karier.

Kondisi tempat perempuan bekerja juga masih sering terkesan diskriminatif. Kesetaraan gender yang mendiskriminasi antara perempuan dengan laki-laki untuk memperoleh kesempatan yang sama. Baik dalam dunia kerja, kesetaraan dalam karier dan pekerjaan, kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, maupun kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan dan lain sebagainya.

Banyak anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa jika perempuan bekerja di bidang industri, maka partisipasi pekerja perempuan masih begitu rendah.

Hal ini karena persepsi bahwa lingkungan kerja di industri, berdomain pekerja laki-laki yang melibatkan fisik dan tidak menarik bagi jika pekerja perempuan.

Di sisi lain, perempuan juga merupakan pengguna internet yang aktif. Namun sayangnya perempuan memiliki literasi yang rendah karena kurangnya pelatihan, latar belakang pendidikan yang rendah, dan lainnya.

Begitu pula dari sisi agama, perempuan hingga saat ini masih dianggap tabu dan menyalahi kodrat jika diangkat menjadi pemimpin.

Bagi pengusaha perempuan pun, ada tantangan yang harus dihadapi untuk terus melaju.

Terlebih, perempuan memiliki tanggung jawab ganda yaitu harus berjuang melawan stereotype bahwa perempuan harus menjadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah, memasak, mengasuh anak, mencuci, dan masih banyak lainnya.

Sedangkan laki-laki dibebani tanggung jawab yang harus mencari uang.

Jangan salah, perempuan pun sebenarnya memiliki posisi istimewa dan penting dalam keluarga.

Karena apa? Perempuan selain mendidik anak, bisa sebagai pengelola keuangan keluarga dalam rumah tangga. Alhasil bisa sebagai penentu kesuksesan keluarga.

 

Girl Ilustration (Dok. Foto: Raw Pixel)Girl Ilustration (Dok. Foto: Raw Pixel)

Sementara faktanya di tengah masyarakat, hanya laki-laki yang lebih diprioritaskan dari pada perempuan. Sehingga persepsi mengenai kesetaraan gender dan umumnya budaya Indonesia, masih menerapkan budaya patriarki yang telah menghalangi peran perempuan dalam kehidupan sosial.

Dari hal tersebut, perempuan sering galau dan menjadi bingung dengan hidupnya. Kurang potensi apa lagi yang dimiliki perempuan dan adakah peluang perempuan untuk turut berkontribusi dalam membangun peradaban?

Padahal perkembangan di era digital bisa membawa dampak pada peran perempuan yang akan memberikan peluang untuk maju dan meningkatkan kualitas hidup.

Peran perempuan bisa sebagai manajer rumah tangga, sebagai pelaku ekonomi, sosial, politik, agama, dan sebagai perempuan karir sehingga perempuan bisa menunjukkan potensi dirinya.

 

Perempuan Di Era Digital
Secara umum, era digital adalah suatu kondisi kehidupan yang dipermudah dengan adanya teknologi.

Melalui perkembangan teknologi, kita bisa mendapatkan informasi secara cepat dan akurat melalui internet ataupun media sosial, seperti youtube, instagram, whatsapp, dan sebagainya.

Yang penting perempuan mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki dan didukung dalam berkarya di era digital. Salah satunya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Apalagi sekarang ini kita sudah masuk di era digital, dimana semua kegiatan bisa dilakukan dengan cara yang lebih canggih.

Karena itu, agar perempuan bisa sukses, perempuan perlu memperluas networking, mencari mentor, percaya diri untuk mengambil kesempatan yang ada, meningkatkan skill melalui pelatihan seperti pelatihan kewirausahaan yang merupakan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan.

Dengan memanfaatkan potensi alam yang berada di lingkungan setempat, perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya (di lingkungan masyarakat umum, seminar, talk show, maupun e-learning yaitu metode pembelajaran berbasis online yang bisa meningkatkan kompetensi kaum perempuan), memiliki jiwa entrepreneurship, rasa ingin tahu, passion, keberanian, dan pikiran yang terbuka.

Maka dengan adanya peluang bagi perempuan untuk meningkatkan keterampilannya, diharapkan akan ada kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan peluang untuk menduduki posisi dan jabatan dalam pekerjaan dilintas sektoral manapun.

Meski begitu, perlu adanya niat baik dari perusahaan atau tempat kerja untuk kaum perempuan menerapkan program kesetaraan gender untuk memastikan semuanya bisa berjalan. Sehingga perempuan nantinya akan mampu mengembangkan kariernya.

 

Girl Hijab Ilustration (Dok. Foto: Kuplumbik)Girl Hijab Ilustration (Dok. Foto: Kuplumbik)

 

Demikian juga perlindungan tenaga kerja bagi kaum perempuan di indonesia, maupun tenaga kerja bagi kaum perempuan indonesia di luar negeri, perlu lebih ditingkatkan lagi.

Perkembangan teknologi dan komunikasi di era digital yang ditunjang dengan sistem jaringan konektivitas yang mumpuni, akan memudahkan perempuan dalam melaksanakan pekerjaanya di rumah.

Contohnya pekerja lepas, jadi bisa memungkinkan perempuan untuk menyelesaikan pekerjaan dari rumah sambil mengurus anak. Dengan status pekerja lepas (freelancer), maka tidak akan terkait dengan suatu kontrak perusahaan/instansi sehingga perempuan bisa lebih leluasa juga untuk mengeksplorasi berbahai hal terkait perkerjaannya.

Jangan sampai perempuan lebih memilih melakukan dua hal sekaligus — seperti bekerja di luar rumah dan menjadi ibu rumah tangga — sehingga hanya bekerja saja demi mengumpulkan pundi-pundi ekonomi, sedangkan cita-cita perempuan terpaksa harus terkubur mati.

Perempuan juga bisa mengenalkan anak-anaknya terhadap perangkat digital dan menuntun anak-anaknya agar memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal-hal yang positif.

Memantau penggunaan teknologi bagi anak-anaknya agar tidak sampai terjerumus ke hal-hal negatif.

Dalam dunia pendidikan, perempuan memiliki peran yang sangat penting sebagai ibu rumah tangga dan pendidik pertama bagi anak-anaknya untuk memperluas wawasan anaknya. Peran perempuan sebagai ibu akan semakin berat.

Perempuan juga dapat memberdayakan diri dalam hal mengembangkan bisnis berbasis digital sehingga bisa produktif, seperti penjualan secara daring yang tidak harus memiliki toko secara fisik seperti toko online, namun bisa dilakukan di rumah.

Dalam mendorong literasi digital bagi kaum perempuan itulah, bisa diupayakan dengan memanfaatkan teknologi dalam keseharian, secara maksimal tetapi juga bijaksana.

Pasalnya, perempuan biasanya senang menggunakan media sosial. Dalam pengelolaan kontennya, baik itu mengenai bisnis, sosial, politik dan lain sebagainya, perempuan dapat diarahkan dan dibimbing dengan cara story telling atau bercerita dalam memposting foto atau membuat status agar konten tersebut menarik pengguna media sosial lainnya.

Dengan kemajuan teknologi komunikasi di era digital ini, perempuan bisa melakukan berbagai aktivitas, mulai dari mengerjakan tugas kantor, berjualan secara daring, menggerakkan masyarakat maupun komunitas melalui media sosial, hingga mencari informasi soal gizi maupun pendidikan anak.

Menjadi perempuan memang tidaklah mudah karena menghadapi stigma serta anggapan bahwa perempuan lemah. Apalagi tugas dan perempuan kadang lebih berat dibandingkan laki-laki karena perempuan mendidik dan membentuk karakter serta moral anak-anaknya.

Tetapi di era digital, perempuan tidak bisa meninggalkan peran dan kodratnya sebagai seorang perempuan, ibu, istri, bahkan peran di lingkungan sosial masyarakat.

Namun bukan karena hal itu, perempuan harus terpinggirkan karena digital. Toh perempuan juga memiliki kekuatan dan jangan sampai dilemahkan.

Jadi, untuk para perempuan saatnya kalian semua berdaya sebagai perempuan!

Sekian dan terima kasih, Bekasi 8 April 2021.

 

Tulisan "Sudah Saatnya Berdaya Sebagai Perempuan di Era Digital" ini diikutkan Lomba Menulis Artikel Dalam Rangka Memperingati Hari Kartini.

 

You may also like

Leave a Comment