Kisah Perjuangan Kak Yuliati Melawan Penyakit Kusta

by Fifi SHN
0 comment

Menjaga kesehatan tubuh merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Karena dengan menjaga kesehatan itu, kita bisa memiliki tubuh yang sehat.

Selain itu, dengan menjaga kesehatan bisa mencegah tubuh terserang dari penyakit. Jadi, kita bisa menjalankan aktifitas sehari-hari.

Penyakit dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah perpindahan penyakit dari orang yang sakit ke orang yang sehat.

Sedangkan, penyakit tidak menular adalah sebuah penyakit yang tidak mengalami proses pemindahan dari orang lain. Meskipun tidak menular, penyakit ini tetap bisa jadi penyebab kematian.

Nah kali ini, saya bukan membahas tentang berbagai jenis penyakit. Tetapi, khusus membahas Kusta, salah satu jenis penyakit yang menular seperti Kusta.

Kebetulan, saya mengikuti Talkshow tentang penyakit Kusta. Acara ini didukung oleh Berita KBR Indonesia (Kantor Berita Radio) dan NLRl Indonesia (Organisasi pemberantasan kusta dan inklusi atau disabilitas) bersama teman-teman KSB (Komunitas Sahabat Blogger) pada Rabu, 30 Agustus 2023.

Talkshow juga menghadirkan kak Yuliati yang berasal dari kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan sebagai narasumber. Yuliati sekaligus merupakan Ketua PerMaTa SulSel (Sulawesi Selatan) & OYMPK Perempuan (Orang yang pernah mengalami Kusta).

Menurut Halodoc.com, Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer, serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

Untuk teman-teman ketahui, Kusta bisa menular lewat kontak kulit yang lama, dan erat dengan seseorang yang mengidapnya. Di samping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat menghirup udara saat pengidapnya bersin atau batuk.

Kenapa ya? ternyata, bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Tapi, sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah untuk menular.

Tapi ya, meskipun penyakit Kusta bukan penyakit yang mudah untuk menular, masih ada masyarakat yang menganggap Kusta sebagai monster yang menakutkan, terutama bagi para wanita.

Selain bisa berpengaruh kepada kondisi fisik para wanita, penyakit Kusta juga bisa merusak mahkota kecantikannya. Sebab, Kusta bisa merusak tubuh.

Disamping itu, para wanita ketika didiagnosa atau terkena penyakit Kusta, akan menyembunyikan penyakitnya dari keluarga dan orang lain sehingga sulit untuk berkarya maupun hidup mandiri.

Seperti yang dialami oleh kak Yuliati. Dirinya menceritakan awal mulanya terjangkit penyakit Kusta.

Kak Yuliati tertular penyakit Kusta pada tahun 2011. Ia mengetahui penyakit tersebut, saat tidak sengaja menggaruk ibu jari kakinya.

Entah kenapa, saat menggaruk ibu jari kakinya, timbul bercak sedikit. Tapi, kak Yuliati membiarkannya.

Setelah satu tahun berikutnya, kak Yuliati pun merasa heran dengan bercaknya tersebut, kenapa bisa jadi tambah melebar.

Mengetahui hal tersebut, kak Yuliati mencari informasi tentang gejala yang ia alami tersebut. Ternyata, ia menderita penyakit Kusta.

Kak Yuliati pun menyembunyikan fakta tersebut dari keluarga, terutama pada kakak ipar, bahkan sampai berhenti kuliah.

Kakak ipar yang mengetahui kak Yuliati berhenti kuliah merasa heran sekaligus curiga, kenapa kak Yuliati berhenti kuliah. Tapi, kak Yuliati selalu menyembunyikan apa yang ia alami selama ini.

Kak Yuliati kuatir dengan penyakit Kusta yang dideritanya akan menjadikan disabilitas, diisolasi karena wajahnya menakutkan. Keluarga tentu akan menjauh, tidak bisa menikah, dan tidak bisa bekerja lagi. Bahkan, kak Yuliati sempat ingin mengakhiri hidupnya karena tidak bisa menerima kenyataan tersebut.

Lambat laun, kak Yuliati merasa tidak bisa lagi menutupi rahasianya tersebut. Akhirnya ia terbuka dan bercerita kepada kakak iparnya dan keluarganya. Beruntungnya, keluarga pun menerima kak Yuliati apa adanya. Kakak iparnya mendampingi kak Yuliati ke Puskesmas untuk memeriksa penyakit Kustanya.

Dokter pun mendiagnosis penyakit Kusta tipe Pausibasiler (PB) yang menjangkiti kak Yuliati. Tipe Pausibasiler merupakan jenis penyakit kusta yang lebih ringan, ditandai oleh bercak putih atau kemerahan berjumlah 1 hingga 5 dan atau adanya 1 gangguan saraf.

Setelah mengetahui penyakit yang diderita, kak Yuliati pun diobati dengan Release From Treatment (RFT) atau disebut dengan pengobatan Kusta yang sesuai standar kesehatan.

Kemudian, jelang 2 minggu berikutnya, kak Yuliati mengalami reaksi. Sehingga, ia pun melanjutkan pemeriksaan Bakteri Basil Tahan Asam (BTA) dari kerokan kulit (Skin smear), yang ternyata masih positif 10 Kusta.

Dengan begitu, kak Yuliati harus lanjut minum obat selama 10 tahun. Awalnya, hanya 6 bulan, kemudian lanjut 1 tahun lagi.

Mendengar cerita dari kak Yuliati, kalian belum kenalan nih dengan PerMaTa. kak Yuliati merupakan Ketua PerMaTa SulSel (Sulawesi Selatan) & OYMPK Perempuan (Orang yang pernah mengalami Kusta).

PerMaTa itu singkatan dari Perhimpunan Mandiri kusta, yang merupakan suatu organisasi dari dan untuk orang yang pernah mengalami Kusta. Bukan hanya ada di Nusa Tenggara Timur (NTT), tetapi ada juga di Sumatera dan di Ambon Maluku.

Adapun yang bergabung di PerMaTa ada dari Sulawesi Selatan berjumlah 12 orang, diJawa Timur berjumlah 9 orang, dan di Nusa Tenggara Timur (NTT) berjumlah 5 orang.

Menurut kak Yuliati, ternyata di SulSel (Sulawesi Selatan) masih ada masyarakat yang mengalami disabilitas Kusta karena keterlambatan pengobatan.

Tetapi sekarang, sudah ada perubahan dari masyarakatnya, karena ketika mengalami gejala Kusta langsung melakukan penanganan dengan cepat.

Dengan adanya organisasi PerMaTa ini, upaya yang dilakukan kepada masyarakat yang mengalami Kusta, kak Yuliati mengatakan bahwa organisasi PerMaTa melakukan sosialisasi, kampanye, dan juga berbagi informasi di media sosial serta radio.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Kusta dan melakukan deteksi dini terhadap penyakit yang dihindari banyak orang itu.

Kak Yulita pun berpesan, ketika para wanita diluar sana yang didiagnosa mengidap penyakit Kusta, hendaknya langsung meminum obat yang diberikan dari petugas kesehatan.

Jika mengalami reaksi atau kelainan, cepat konsultasikan kembali ke petugas kesehatan. Sebab, obat yang diberikan adalah jenis obat MDT (Multi Drugs Therapy, untuk menyembuhkan infeksi akibat penyakit Kusta) yang memiliki beberapa efek samping seperti reaksi sebelum atau sesudah pengobatan.

Semoga dengan adanya tulisan ini, bisa meningkatkan kesadaran teman-teman akan penyakit kusta. Jadi jangan takut dengan Kusta, karena penyakit Kusta dapat disembuhkan dan tidak mudah tertular. Dengan melakukan pengobatan sedini mungkin akan terhindar dari kecacatan. (*)

You may also like

Leave a Comment